MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
KESETIMBANGAN
UAP-CAIR SISTEM BINER
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Praktikum Laboratorium Kimia Fisika
Disusun
oleh :
Setiadina : 114110022
Wema
Augustia Ermalasari : 114110036
Sheilla Eka
Permata : 114110037
Muhamad
Adzan Fahrenza : 114110048
Fitrah
Ulumuddin : 114110050
PROGRAM
STUDI TEKNIK KIMIA
INSTITUT
TEKNOLOGI INDONESIA
Serpong
2012
ABSTRAK
Operasi pemisahan fasa liquid–liquid
ada beberapa macam yaitu distilasi, ekstrasi dan absorbsi. Seperti halnya
pemisahan komponen–komponen campuran etanol–air yang dilakukan dengan proses
distilasi. Distilasi adalah proses yang digunakan untuk memisahkan campuran
fluida berdasarkan titik didih yang diikuti oleh kondensasi. Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk menentukan sifat larutan biner, menentukan nilai Po
(tekanan uap etanol dan air), serta menentukan fraksi mol etanol dan air. Variabel
yang digunakan adalah perbandingan volume etanol dan air (perbandingan 3:1,
1:3, 2:1, 1:1). Didistilasi setiap campuran tersebut selama 10 menit dan
ditimbang distilat dan residunya. Sifat larutan biner yang penting adalah
tekanan uap (Po) dan fraksi mol. Pada praktikum didapatkan tekanan
uap dan fraksi mol etanolnya, yaitu pada perbandingan
komposisi etanol:air (3:1) tekanan uap etanol sebesar 1267.24 mmHg
dan fraksi molnya sebesar 0.495,
Pada perbandingan 1:3 tekanan uapnya sebesar 838.9071 mmHg
dan fraksi molnya sebesar 0.073.
Pada perbandingan 2:1 tekanan
uapnya sebesar 1267.24 mmHg
dan fraksi molnya sebesar 0.5.
Pada perbandingan 1:1 tekanan uapnya sebesar 822.789 mmHg
dan fraksi molnya sebesar 0.1044.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb.
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala nikmat, rahmat dan anugerah yang selalu diberikan kepada penyusun
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari penyusunan makalah
ini hanyalah setitik ilmu yang diberikan Tuhan dari hamparan ilmu-Nya yang
luas.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penyusun tidak
menyelesaikannya seorang diri. Penyusun mendapat bantuan dari banyak pihak yang
telah memberikan bantuan baik dari segi moril maupun materil. Oleh karena itu,
penyusun banyak mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak tersebut.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan serta karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata alam ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
demi perbaikan makalah ini dimasa mendatang. Penyusun berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Serpong, Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Operasi
pemisahan fasa liquid–liquid ada beberapa macam yaitu distilasi, ekstrasi dan
absorbsi. Seperti halnya pemisahan komponen–komponen campuran etanol–air yang
dilakukan dengan proses distilasi. Distilasi adalah proses yang digunakan untuk
memisahkan campuran fluida berdasarkan titik didih yang diikuti oleh
kondensasi. Data yang diperlukan dalam penyelesaian persoalan distilasi adalah
data kesetimbangan antara fase liquid dan fase gas. Bentuk dan sumber data ksetimbangan
antara fase liquid dan fase gas diantaranya dapat digambarkan dalam bentuk
kurva kesetimbangan biner ataupun diperoleh dengan cara eksperimen.
Kesetimbangan
uap cair dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu
waktu tertentu. Saat tercapainya kesetimbangan, kecepatan antara
molekul-molekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan
molekul-molekulnya membentuk cairan kembali. Data kesetimbangan uap cair
merupakan data termodinamika yang diperlukan dalam perancangan dan
pengoperasian kolom-kolom distilasi. Adapun hal – hal yang berpengaruh dalam
sistem ksetimbangannya yaitu : Tekanan (P), Suhu (T), Konsentrasi komponen A
dalam fase liquid (x) dan Konsentrasi komponen A dalam fase uap (y).
1.2 Tujuan
Untuk menentukan sifat
larutan biner, menentukan nilai Po (tekanan uap etanol dan air),
serta menentukan fraksi mol etanol dan air.
1.3 Rumusan Masalah
Pada praktikum ini menggunakan
prinsip distilasi dimana campuran fluida dipisahkan berdasarkan titik didih
yang diikuti oleh kondensasi. Varibel yang digunakan adalah larutan etanol dan
air dengan berbagai macam perbandingan. Etanol dan air ditentukan berat
jenisnya menggunakan pignometer. Selanjutnya campuran tersebut di distilasi
selama 10 menit dan dicatat suhu titik didih kesetimbangan larutan tersebut. Setelah
didapat residu dan distilat, dicatat dan ditimbang volumenya. Ini dilakukan
untuk masing-masing perbandingan. Variasi variabel yang dilakukan dalam
praktikum ini untuk menentukan sifat-sifat campuran tersebut, yaitu tekanan uap
dan fraksi molnya.
1.4 Hipotesa
Semakin banyak
komposisi etanol maka fraksi molnya akan semakin besar dan suhunya akan semakin
turun hal ini dikarenakan titik didih etanol lebih rendah dari pada titik didih
air. Jika suhu kesetimbangannya turun maka tekanan uapnya akan semakin besar.
2.1 Distilasi
Proses distilasi digunakan untuk memisahkan
komponen dari suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponennya.
Pada proses ini distilat mempunyai komposisi dan karakter berbeda dari campurannya.
Klasifikasi distilasi berdasarkan jumlah komponen dalam campurannya, yaitu :
1. Distilasi Biner : Bila campuran yang
akan didistilasi mempunyai dua komponen.
2. Distilasi Multi Komponen : Bila campuran
yang akan didistilasi mempunyai lebih dari dua komponen.
Gambar 2.1 Alat Distilasi Sederhana
Gambar
di atas merupakan alat distilasi atau yang disebut distilator. Yang terdiri
dari termometer, labu didih, steel head,
pemanas, kondensor (pendingin) dan labu penampung distilat. Termometer biasanya
digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didistilasi selama proses distilasi
berlangsung.
Labu
didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didistilasi. Steel head berfungsi sebagai penyalur
uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu
distilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah
keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran.
Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa,
tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan
air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna.
Penampung distilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi
tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas ataupun
mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.
Dalam
proses distilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan
dengan tahap pengembunan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini
maka perangkat peralatan distilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin
seperti pada Gambar 2.1.
Proses distilasi diawali dengan
pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap.
Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin (Gambar 2.1), proses
pendinginan terjadi karena dialirkannya air kedalam dinding (bagian luar
kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan
terus menerus dan akhirnya dapat dipisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada
dalam campuran homogen tersebut.
2.2 Kurva Kesetimbangan
Salah
satu cara untuk membuat kurva kesetimbangan yaitu dengan menggunakan Hukum
Roult.
Berdasarkan Hukum Roult untuk
larutan ideal dan biner.
PA
= X1.P0A
(2-1) Dimana :
PA
= Tekanan Parsial Komponen A dalam
uap
X1
= Mol fraksi Komponen A
dalam liquid
P0A
= Tekanan Uap murni komponen A pada suhu yang sama.
2.3 Larutan Ideal dan non Ideal
Gas
ideal tidak memiliki gaya intermolekul dalam gas tersebut. Larutan ideal
berarti semua gaya intermolekul baik gaya intermolekul pada molekul - molekul
sejenis (misal pelarut- pelarut) atau pada molekul yang tidak sejenis (misal
pelarut - zat terlarut) adalah sama.
Salah satu sifat larutan yang
penting adalah tekanan uap suatu komponen yang terdapat dalam larutan tersebut
pada permukaan larutan. Mengetahui besarnya kecenderungan suatu komponen untuk
menguap yang berarti keluar dari larutan dapat diduga gaya - gaya intermolekul
apa yang bekerja di dalam larutan. Mempelajari kecenderungan untuk menguap atau
tekanan uap parsial sebagai fungsi dari suhu dan konsentrasi (Bird, 1993:179).
Pada
gambar 2.2 terlihat pada kurva bagian atas menunjukkan kurva untuk titik embun
(dew point), sedangkan kurva dibagian
bawah, merupakan kurva titik gelembung (bubble
point). Ruang diatas kurva titik embun, larutan berada pada fase uap.
Sedangkan ruang dibawah kurva titik gelembung, larutan berada pada fase cair.
Diantara kedua kurva tersebut, larutan berada pada fase campuran.
Gambar
2.2 Larutan Ideal
Syarat
dari larutan ideal adalah sebagai berikut :
1.
Homogen
pada seluruh sistem mulai dari mol fraksi 0 - 1.
2.
Tidak
ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur membentuk larutan
( ∆H pencampuran = 0 ).
3.
Tidak
ada beda volume pencampuran, artinya volume larutan sama dengan jumlah komponen
yang dicampurkan ( ∆V pencampuran = 0 ).
4.
Memenuhi
Hukum Roult :
P1
= X1.P0
(2-2)
Dimana :
P1 = tekanan
uap larutan
X1 = mol
fraksi larutan
Po = tekanan
uap solven murni
Pada kenyataannya tidak ada larutan yang benar-benar ideal
dan campuran yang sebenar - benarnya mendekati ideal.
Larutan
non ideal dibagi dua golongan, yaitu :
1.
Larutan
non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi, dimana akan
menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu.
Contoh
: sistem aseton - karbon disulfide dan sistem HCl–air.
2.
Larutan
non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume kontraksi, dimana akan
menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran itu.
Contoh
: sistem benzene-etanol dan aseton–kloroform.
(Tim
Penyusun, 2011:5).
2.4 Azeotrop
Azeotrop (constant boiling mixtures) adalah
campuran dengan komposisi yang konstan pada tekanan tertentu. Jika tekanan
total diubah, baik titik didih maupun komposisi azeotrop juga akan berubah.
Azeotrop bukan merupakan suatu senyawa pasti yang komposisinya konstan pada
seluruh range temperatur dan tekanan,
tetapi merupakan suatu campuran yang dihasilkan dari interaksi gaya
intermolekuler dalam larutan. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di
didihkan, uap yang dihasilkan juga memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat
ikatan antar molekul pada kedua larutannya. (Maron, 1974)
2.5 Sifat Kimia dari Etanol
Sifat
kimia dari etanol diantaranya :
1. Merupakan pelarut yang baik untuk
senyawa organik.
2. Mudah menguap dan mudah terbakar.
3. Bila direaksikan dengan asam halida akan
membentuk alkil halida dan air.
CH3CH2OH
+ HC=CH CH3CH2OCH=CH2
4. Bila direaksikan dengan asam karboksilat
akan membentuk ester dan air.
CH3CH2OH
+ CH3COOH CH3COOCH2CH3 + H2O
5. Dehidrogenasi etanol menghasilkan
asetaldehid
6. Mudah terbakar diudara sehingga
menghasilkan lidah api (flame) yang berwarna biru muda dan transparan, dan
membentuk H2O dan CO2.
2.6 Sifat Kimia dari Air
Sifat
kimia dari air diantaranya :
1.
Molekul
air berbentuk seperti huruf V disebabkan karena:
·
Struktur geometrinya yang tetrahedral
(109,50).
·
Keberadaan pasangan elektron bebas pada
atom oksigen.
2.
Bersifat
polar karena adanya perbedaan muatan.
3.
Sebagai
pelarut yang baik karena kepolarannya.
4.
Bersifat
netral (pH=7) dalam keadaan murni.
Sumber :
No comments:
Post a Comment