ANTARA ADZAN DAN IQAMAH
Diantara waktu-waktu yang sangat berfaidah dan banyak pahalanya adalah
waktu antara adzan dan iqamah. Allah Ta'ala yang Maha Pemurah telah
menyediakan waktu ini agar hamba-hambaNya bisa mendulang pahala
sebanyak-banyaknya. Anda rakus dengan pahala dan ingin mengetahui
amalan-amalan apa saja yang disyari'atkan? Mari kita sama-sama simak.
Antara Adzan dan Iqamah dianjurkan untuk :
1. Bershalawat (dengan shalawat-shalawat yang shahih) dan membaca do'a wasilah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ حَيْوَةَ وَسَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ
وَغَيْرِهِمَا عَنْ كَعْبِ بْنِ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
جُبَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا
سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ
اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ
حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Salamah Al-Muradi, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin
Wahab, dari Haiwah dan Sa'id bin Abi Ayyub, serta selain keduanya, dari
Ka'ab bin Alqamah, dari 'Abdurrahman bin Jubair, dari 'Abdullah bin 'Amr
bin Al-Ash bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Apabila kalian mendengar mu'adzdzin (mengumandangkan adzan)
maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah
atasku, karena orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat,
niscaya Allah akan bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali, kemudian
mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena ia adalah suatu tempat di
surga, tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari
hamba-hamba Allah, dan saya berharap agar saya menjadi hamba tersebut.
Dan barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka syafa'at halal
untuknya." [HR Muslim no. 577; An-Nasa'i no. 671; Ahmad no. 6280]
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي
حَمْزَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ
الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا
الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي
وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah, dari Muhammad bin
Al-Munkadir, dari Jabir bin 'Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa berdo'a setelah mendengar adzan,
ALLAHUMMA RABBA HAADZIHID DA'WATIT TAMMAH WASHSHALAATIL QAA'IMAH. AATI
MUHAMMADANIL WASIILATA WAL FADHIILAH WAB'ATSHU MAQAAMAM MAHMUUDANIL
LADZII WA'ADTAH (Ya Allah. Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini, dan
Pemilik shalat yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara)
dan keutamaan kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang
terpuji sebagaimana Engkau telah jannjikan). Maka ia berhak mendapatkan
syafa'atku pada hari kiamat." [HR Bukhari no. 579 dan Sunan Arba'ah].
(Catatan : Ini adalah lafazh do'a wasilah yang shahih. Adapun tambahan
lafazh "Wa syarafa wa darajatan 'aliyatan nafi'ah...Innaka laa tukhliful
mi'ad", ini adalah tambahan yang diada-adakan orang. Kita cukupkan diri
kita dengan lafazh yang berasal dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam)
2. Shalat Sunnah Rawatib (bagi shalat fardhu yang mempunyai qabliyah) atau Shalat antara adzan dan iqamah
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ
حَفِظْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ
وَكَانَتْ سَاعَةً لَا يُدْخَلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيهَا
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub,
dari Nafi', dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
"Aku menghafal sesuatu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berupa
shalat sunnat sepuluh raka'at yaitu dua raka'at sebelum shalat Zhuhur,
dua raka'at sesudahnya, dua raka'at sesudah shalat Maghrib di rumah
beliau, dua raka'at sesudah shalat 'Isya' di rumah beliau dan dua
raka'at sebelum shalat Shubuh, dan pada pelaksanaan shalat ini ada waktu
luang untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." [HR Bukhari no. 1109;
Ahmad no. 4277]
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ يَعْنِي سُلَيْمَانَ بْنَ حَيَّانَ عَنْ
دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ عَمْرِو
بْنِ أَوْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَنْبَسَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ فِي
مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ بِحَدِيثٍ يَتَسَارُّ إِلَيْهِ قَالَ
سَمِعْتُ أُمَّ حَبِيبَةَ تَقُولُ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ
رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Numair, telah
menceritakan kepada kami Abu Khalid yaitu Sulaiman bin Hayyan, dari
Dawud bin Abi Hind, dari Nu'man bin Salim, dari 'Amr bin Aus, ia
berkata, telah menceritakan kepadaku 'Anbasah bin Abi Sufyan ketika
sakitnya yang menyebabkan dia wafat, dengan hadits yang membuatnya
gembira. Ia berkata, aku mendengar Ummu Habibah mengatakan, aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa
shalat (sunnah) dua belas rakaat sehari semalam, maka akan dibangunkan
baginya sebuah rumah di surga." Ummu Habibah berkata, "Maka aku tidak
akan meninggalkan dua belas rakaat itu semenjak aku mendengarnya dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [HR Muslim no. 1198 dan Sunan
Arba'ah; Ahmad no. 25543]. (Dua belas raka'at itu adalah dua raka'at
sebelum Subuh, empat raka'at sebelum Zhuhur, dua raka'at setelah Zhuhur,
dua raka'at setelah Maghrib dan dua raka'at setelah Isya)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ
وَوَكِيعٌ عَنْ كَهْمَسٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ الْمُزَنِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ
صَلَاةٌ قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan
kepada kami Abu Usamah dan Waki', dari Kahmas, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Buraidah, dari Abdullah bin
Mughaffal Al-Muzani, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Diantara setiap dua adzan itu ada shalat tathawwu'." Beliau
mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau
bersabda, "Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya." [HR Muslim no.
1384; Bukhari no. 588; dan diriwayatkan oleh Ashabus Sunan kecuali
Tirmidzi]
Shalat antara adzan dan iqamah lebih ditekankan sebelum shalat Maghrib.
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ الْحُسَيْنِ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ
الْمُزَنِيُّ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
صَلُّوا قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ
كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً
Telah menceritakan
kepada kami Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits,
dari Al-Hasan, dari 'Abdullah bin Buraidah, ia berkata, telah
menceritakan kepadaku 'Abdullah Al-Muzani dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda, "Shalatlah sebelum shalat Maghrib." Beliau
berkata, pada kali ketiganya, "Bagi siapa yang mau." Hal ini Beliau
sampaikan karena khawatir nanti orang-orang akan menjadikannya sebagai
sunnah." [HR Bukhari no. 1111; Abu Daud no. 1089; Ahmad no. 19643]
3. Berdo'a. Waktu antara adzan dan iqamah adalah waktu paling afdhal untuk berdo'a.
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَعَبْدُ
الرَّزَّاقِ وَأَبُو أَحْمَدَ وَأَبُو نُعَيْمٍ قَالُوا حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ زَيْدٍ الْعَمِّيِّ عَنْ أَبِي إِيَاسٍ مُعَاوِيَةَ بْنِ
قُرَّةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Waki' dan 'Abdurrazzaq, Abu Ahmad dan Abu
Nu'aim, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zaid
Al-'Ammi dari Abu Iyas Mu'awiyah bin Qurrah, dari Anas bin Malik, ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Do'a antara
adzan dan iqamah tidak akan ditolak." [HR Tirmidzi no. 196; Abu Daud
no. 437; Ahmad no. 11755; Shahih dengan keseluruhan jalannya.
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Daud no. 489, Irwa'ul
Ghalil no. 244].
Do'a disini mencakup do'a umum dengan lafazh
apa saja yang sesuai dengan hajat dan kebutuhan. Dan diperbolehkan
berdo'a dengan bahasa Indonesia jika tidak mengetahui bahasa Arabnya.
Tanya :
Apakah diperbolehkan membaca Al-Qur'an pada waktu antara adzan dan iqamah sambil menunggu imam?
Jawab :
Boleh. Dengan syarat dahulukan amalan-amalan yang lebih disyari'atkan
dengan dalil-dalil yang telah disebutkan diatas karena membaca Al-Qur'an
bisa dilakukan setelah shalat. Kemudian jika imam masih belum datang
sementara anda sudah melakukan amalan-amalan tersebut dan masih ada
waktu untuk menunggu, maka diperbolehkan membaca Al-Qur'an asalkan tidak
mengganggu jama'ah lain yang sedang shalat atau berdo'a.
Syaikh Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qaththani berkata, "Namun
dituntunkan jika bisa menggabungkan antara berdo’a dan membaca Al-Qur’an
kala itu. Alhamdulillah jika keduanya bisa dilakukan sekaligus." [Syarh
Ad-Du’a minal Kitab was Sunnah]
Semoga bermanfaat dan semoga
kita bisa memanfaatkan waktu yang penuh pahala ini dengan sebaik-baiknya
dengan melakukan amalan-amalan yang telah dianjurkan syari'at, dan agar
kita tidak membuang-buang kesempatan dengan mengobrol dan bercanda yang
tidak berfaidah atau melantunkan sya'ir-sya'ir atau shalawat-shalawat
yang tidak ada tuntunannya sama sekali dalam sunnah yang mulia.
Allahu a'lam.
No comments:
Post a Comment