Pages

Tuesday, January 22, 2013

KEUNGGULAN EKONOMI DAN BANK SYARIAH



KEUNGGULAN EKONOMI DAN BANK SYARIAH
     Berbagai masalah yang terjadi dalam dunia ekonomi kovensional yang dianggap tidak lagi memadai untuk memahami manusia dan masyarakat, karena sistem ekonomi konvensional berpijak pada filosofi positivisme yang mendewakan power of rational. Pendewaan terhadap kekuatan rasionalitas ini memiliki dampak pada tergusurnya nilai-nilai dfan aspek-aspek subjektif seperti etika dan moral yang bersifat teologis. Sehingga sekarang ini salah satu paradigma ekonomi yang memperoleh paresiasi secara luas dalam beberapa dasawarsa belakangan ini adalah paradigm islam. Paradigm ini muncul sebagai alat untuk menerobos sains (ilmu ekonomi) positivistic. Jika positivisme hanya mengenal realitas materi, maka paradigma islam mengenal realitas materi dan realitas lain yang melampaui materialism yaitu realitas spiritual.
   Dalam praktik ekonomi dan perbankan syariah, dua realitas (material dan spiritual) tersebut bersifat mutually inclusive,bersumber dari wahyu dan akal. Paradigma islam memiliki kekuatan dalam mentransformasi ekonomi positivistik menjadi ekonomi dan akuntansi sebagai ilmu dan praktik yang memiliki warnja lain. Yaitu ilmu yang tidak semata-mata dipandang sebagai instrument ilmu dan bisnis untuk tujuan realitas material, melainkan juga sebagai instrument yang dapat digunakan untuk menstimulasi bangkit dan hidupnya kesadaran ketuhanan (kesadaran spiritual) dan kesadaran ekologis. Dalam sistem ekonomi dan perbankan islam terdapat sistem premis dasar yang sama sekali berbeda dengan sistem ekonomi positivistik yang dikemukakan sebelumnya, baik dari sisi ontologis, epistemilogis, maupun sisi aksiologis nya. Sisitem ini berpijak diatas landasan ilahiah, nilai-nilai syariah.  Ia memiliki aksioma etika meliputi: tauhid, keadilan, keseimbangan dan tanggung jawab.
# Ekonomi dan Islam
    Kemunculan sistem ekonomi dan perbankan syariah, bagi para proponennya diharapkan dapat mengembalikan ekonomi dan bisnis manusia pada sentrumnya yang sesungguhnya. Nilai-nilai humanis transendental sebagai substansi dari nilai tauhid dan keadilan yang merupakan aksioma etika ekonomi islam, sangat tepat dialamatkan pada masyarakat kapitalis modern yang telah hilang arah dalam menemukan makna hidup akibat dioperbudaki oleh materialisme dan rasionalisme.
Kemunculan sistem ekonomi dan bank syariah dalam percaturan ekonomi dan perbankan madern merupakan upaya menghadirkan (dekonstuksi) aspek lain yang telah termarginalkan dalam ilmu dan sistem ekonomi modern, yakni terjadinya erosi nilai-nilai spiritual. Ekonomi dan perbankan islam memiliki landasan ontologis yang bersumber dari semangat nila-nilai syariah, landasan ini pula lah yang membedakannya dengan sistem ekonomi konvensional modern.
   Sebagai sebuah sistem yang dikonsruk dengan bangunan ontologism yang berbeda dari ekonomi kapitalisme, bank syariah memiliki kekuatan dan prospek yang besar untuk mengubah realitas yang ada dalam bentuk yang berbeda. Realitas ini semakin menjanjikan apabila individu-individu kunci (key person) yang memainkan peran penting (direktur dan manajer) dalam bank syariah memiliki pemahaman dan kemampuan mentranformasi pemahaman tersebuat pada indvidu-individu lain yang berda diluar wilayah organisasinya. Dalam konteks ini, pengetahuan yang dimiliki oleh individu yang berperan sebagai key person dalam praktik ekonomi dan perbankan syariah memiliki elan vital yang sangat menentukan bagi terbentuknya realitas yang sesuia dengan pengetahuannya.
Karena ekonomi dan bank syariah hendak dijadikan sebagai instrument utama dalam mendekontruksi realitas ekonomi modern, maka key person yang terlibat dalam lingkungan organisasi ekonomi syariah, disamping memiliki kualitas internal juga dituntut untuk memahami implikasi-implikasi kemanusiaan dan implikasi lain secara lebih luas dari praktik ekonomi yang hendak didekontruksi.
   Artinya, apabila pemahaman (pengetahuan) bahwa islam menempatkan manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi, maka dengan pengetahuan seperti itu, individu mempersepsikan kegiatan dan prilaku ekonomi sebagai bagian dari misi kekhalifahannya. Dengan demikian, memandang aktivitas ekonomi sebagai sarana untuk mengejar keuntungan material harus dihilangkan, sebab akan menjebak individu betindak secara deterministik, materialistik dan egoistik. Hal ini berbeda dengan cara pandang individu yang mempersepsikan dirinya sebagai khalifah Allah yang memiliki tanggung jawab menebar jaring-jaring tauhid dan keadilan dalam aspek ekonomi bisnisnya.
Dalam konteks dekontruksi nilai-nilai materialistik dan egoistik dalam praktik ekonomi dan bank modern,maka seorang ekonom, key person dalam lingkungan organisasi bisnis harus menjadikan dua nilai tauhid dsan keadilan sebagai dasar pijakan dalam berinteraksi dan mengkontruksi realitas social – ekonomi.

# Etika Ekonomi dan Bisnis Islam
    Apabila etika dipahami sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan antara apa yang benar dari apa yang salah, maka padanan kata yang lebih dekat dengan makna tersebut dalam islam adalah khuluq, khair, qist, birr, adl, haq dan taqwa.
Unifikasi antara aspek-aspek yang bersifat humanis (ekonomi dan bisnis) dan transendental (etika agama) dalam ekonomi Islam mengimplikasikan dua hal penting: pertama, persoalan ekonomi bisnis dalam ekonomi Islam bersumber dari agama (Islam). Sehingga Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (Ibadah). Kedua, Islam juga mamberikan semangat kesadaran nilai yang menjiwai seluruh aktivitas muamalah manusia.
    Islam sebagai the holistic way of life, di samping yang memiliki ajaran yang bersifat transendental, juga memberikan perhatian pada asfek humanis (kemanusiaan). Bahkan dalam hal yang menyangkut urusan-urusan dunia (ekonomi dan bisnis), manusia di berikan otonomi untuk membuat keputusan yang memihak kepada kesejahteraan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini bisa dinisbatkan pada pernyataan nabi bahwa “kamu lebih mengetahui urusan duniamu”.
    Teori-teori etika tersebut sekaligus memberikan justifikasi terhadap pandangan anomali selama ini yang memandang ekonomi dan bisnis sebagi aktivitas yang bebas dari gravitasi etika. Adanya anggapan bahwa ekonomi merupakan wilayah yang bebas dari gravitasi etika merupakan implikasi dari kesalahan ontologi dari sebuah paradigma ilmu yang selama ini dominan yaitu paradigma modernisme yang positivistic.
Etika ekonomi dan bisnis dalam persfektif islam bukan hanya di maksud untuk mereformasi kesalahan ontologis ekonomi dan bisnis modern, tetapi juga dimaksud untuk merekonstruksi nilai etika ekonomi dan bisnis yang bersifat holistic, nilai etika yang mengakomodasi kepentingan duniawi manusia dalam bidang ekonomi dan muamalah secara luas tanpa harus kehilangan ruh spiritualnya. Kedunya dalam perspektif ekonomi dan bisnis Islam merupakan dua entitas yang bersifat built in, melekat satu sama lainnya.
    Sedangkan sistem ekonomi konvensional yang sekarang ini banyak dipakai oleh banyak Negara termasuk Indonesia yang memberikan kebebasan secara penuh kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian. Dalam ekonomi konvensional, setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri dengan sesuai dengan kemampuannya, semua orang bebas bersaing dalm bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, serta melakukan kompetisi sebisnis secara bebas dengan berbagai cara. Hal ini mengakibatkan terbentuknya sekelomkpok orang yang kaya dan sekelompok orang yang miskin, kaum kaya akan semakin kaya dan kaum miskin akan semakin miskin.
Sistem ekonomi konvensional yang saat ini berkembang, ternyata belum mampu untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat menurut konvensional saat ini menitik beratkan pada sisi materi, pandangan ini menyatakan kesejahteraan masyarakat dapay dicapai melalui pencapaian tujuan material tertentu.
Masalah belum tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat memberikan pandangan bahwa pemikir dunia perlu mencari sistem perekonomian alternatif. Pencarian sistem perekonomian alternatif ini setidaknya didasarkan pada asumsi sementara bahwa sistem kapitalis dan sosialis tidak mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan ekonomi dunia saat ini. Sistem ekonomi alternatif yang di maksud itu adalah sistem ekonomi yang berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat yaitu sistem ekonomi Islam (syariah).
Daftar pustaka
Muhammad. 2008. Perekonomian Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subagyo. 2005. Ekonomi dan Bank Syariah. Jakarta: Gema Insan Press.
Muhidin, Arsal. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Teraju.

No comments:

Post a Comment